Minggu, 01 November 2009

Linda dan Aldo part 1

Pagi-pagi begini aku sedang lari tergopoh-gopoh, pipiku basah, di bajuku terlihat noda mungkin seperti lumpur. Dibelakangku ada seorang anak lelaki yang berlari mengejarku, tangannya penuh lumpur, sepertinya dia yang meninggalkan noda lumpur itu pada baju baruku. Umur kami bisa diperkirakan sekitar 9 tahun . aku berlari hingga tiba didepan ibu dan memeluk ibu sebari menangis. Ibu berusaha untuk meredakan tangisku yang sesenggukan, sementara lelaki jahil itu bersembunyi dibalik pohon, dia menyeringai, tawanya jahat lalu pergi menjauh dari situ karena takut di damprat ibu ku, sebetulnya sang ibu tahu siapa yang membuat anaknya ini menangis, ia pasti Aldo! Dia tahu betul anak lelaki itu sangat suka menjahili anaknya, tapi sang ibu tak mau memarahi bocah nakal tersebut, ’masih kecil’ pikirnya, dia hanya mengajak anaknya masuk untuk bersih-bersih.
Linda, itulah aku, aku adalah seorang gadis yang ceria penuh semangat belajar tapi sedikit cengeng. Maka dari itu aku selalu dikerjai sama teman lelakiku yang bernama Aldo. Entah apa yang membuat Aldo sangat senang menjahiliku. Kami adalah teman satu sekolah dan sekelas, hampir tiap hari aku dibuat menangis karenanya .


Kian hari kami makin tidak akur, terbukti saat kami sudah duduk di bangku SMP. Lagi-lagi kami satu sekolah walau tidak satu kelas. Orang tua kami memang dekat, sehingga kami disekolahkan disekolah yang sama. Di suatu hari yang terik, sekitar jam satu siang kami berdua pulang berbarengan, tiba-tiba Aldo berlari dari belakang dan dengan berani dia menaikkan rok ku yang tingginya selutut itu. Sontak aku kaget dan mengejar bocah itu. Tiba-tiba saat tengah berlari aku merasakan sakit yang luar biasa pada perut bagian bawahku, aku meringis. Kemudian aku terduduk di sebuah batu di pinggir jalan, Aldo yang sudah jauh kemudian kembali menghampiri ku dengan hati-hati, takutnya aku hanya berpura-pura kemudian menangkapnya dengan mudah.
”kenapa Lin?” Aldo membongkokkan badannya, sedangkan yang ditanya hanya diam dan tetap meringis.
”Linda lu jangan bercanda deh.”
”Eh, yang bilang gue bercanda siapa?sakit beneran tau gak!”
”Ya udah sini gue bantu.” Aldo berusaha membopong tubuh Linda.
”Gak mau ah! Nanti lu jailin gue lagi.”
“Gak kok! lu lagi sakit begini gak mungkin gue ngejailin lu.”
”Emangnya lu bisa dipercaya gitu? Gue tau betul sifat lu.” aku keukeuh.
”Eh cerewet banget sih lu! Udah deh gak usah banyak cincong.” Aldo kemudian berusaha membuat ku berdiri. Dan betapa kagetnya Aldo ketika melihat batu yang tadi ku duduki, secara reflek dia menengok ke arah rok ku.
”Linda rok lu ada darahnya!!!!” dengan tangkas dia menggendong ku di punggungnya, tasnya di pindahkan ke depan dadanya dan berlari dengan cepat, sementara aku berontak di gendongan.
Tak lama kemudian kami sampai di rumah ku dan Aldo mengetuk pintu rumah dengan keras. Tak butuh waktu lama, ibu ku segera keluar dengan wajah yang agak heran.
”Ada apa Aldo?”
”Tante, Linda roknya ada darahnya, bawa kerumah sakit aja tante, buruan ini gawat!!!”
Ibu ku tertawa dengan keras, kemudian mengelus rambut bocah lelaki itu sebari berucap.
”Aduh Aldo, makasih kamu sudah khawatir sama Linda, kalau berdarah seperti itu wajar untuk anak gadis seumuran Linda, itu namanya menstruasi sayang, entar juga kamu tau itu kok.” tante Lisa tersenyum.
”Oh begitu, hehe, Linda kenapa gak ngomong?!!” Aldo menyalahkan ku.
”Enak aja, abisnya gue mau ngomong gak dikasih kesempatan sama lu!”
”Dasar!! Baju gue kan jadi kena darah lu tau!”
”Yang nyuruh lu gendong gue siapa?”
”Sudah dong, ya udah nanti tante cuciin baju kamu ya, sekarang kamu pulang dulu, Linda gak kenapa-kenapa kok.”
”Biar bibi dirumah aja yang cuciin, siang tante.” tak lupa Aldo menjulurkan lidahnya pada ku kemudian berlari dan hilang....

0 Comments:

Post a Comment