Rabu, 18 November 2009

Linda dan Aldo part 3

Setelah libur semester yang lumayan lama, akhirnya aku akan menghadapi yang namanya Masa Orientasi Siswa atau MOS. Segala rupa kebutuhan sudah dipersiapkan, berdandan layaknya orang gila salah satu yang membuat ku kesal, ”kenapa juga harus dandan jelek begini? Toh gak ada manfaatnya.” begitu pikir ku dalam hati. Dengan berat hati aku berangkat menuju sekolah baru ku itu, dan dalam 30 menit aku sudah menapakan kaki didepan gerbang sebuah SMA negeri di Bogor. Senyumku terpancar, tapi seketika sirna saat aku melihat sekelebat orang yang kukenali, dialah Aldo. Sebelum melangkah masuk aku memberikan senyum indahku pada kakak ku yang mengantar ku tadi kesekolah. Aku mempercepat langkah karena sebentar lagi bel akan dibunyikan, dan benar saja saat sedang berlari kecil dengan tidak sengaja aku menabrak seorang cowok, terpental lah tubuhku. Aku sedikit mendongak keatas, dia melihat seorang cowok yang ganteng banget, badannya tinggi tegap, dadanya bidang (kayaknya kalau diterawang), rambutnya panjang sekuping, matanya bulat, rahangnya tegas, dan senyumnya... manis sekali. Cowok itu ikut terduduk disampingku, membuyarkan lamunanku dengan jentikkan jarinya.
”Hei, kamu siapa? Anak baru ya?”tanyanya lembut.
”Iya, aku anak baru, maaf tadi aku gak sengaja nabrak kamu.” Linda dibantu berdiri.
”Kenalin aku Anjar, kakak kelas kamu kelas XI IPA 2, aku anak OSIS disini.”
Aduh.. mampus!! anak OSIS? Bisa dibunuh gue! aku tegang, kaki ku gemetaran.
”Hahaha, jangan tegang gitu kali, biasa aja, aku gak galak kok, ya udah kamu masuk kelas sana nanti dimarahin sama senior.” dia kembali tersenyum.
Dari pada mati berdiri disitu, ku langkahkan kakiku menuju kelas X 3. akhirnya ketemu juga, tapi karena telat sudah pasti Linda dipelototi sama seniornya. Badannya tinggi semampai, body-nya sexy kayak model, kulitnya putih mulus, rambutnya coklat panjang terurai, tapi dandanannya berlebihan seperti mau ke kondangan, tapi gak jelek kok, orang emang dasarnya cantik! Dia menatap ku sinis, matanya melirik tajam, senyumya seperti Nia Ramadhani kalau lagi peran antagonis, membuatku mati seketika. Dengan berani aku melangkahkan kaki menuju salah satu bangku kosong dipojok kelas, dan sialnya cewek itu menyetop langkahku. Dia menghampiri aku sambil berkacak pinggang, menatap ku garang.
”Songong amat lo maen ngeloyor masuk aja, udah telat bukannya laporan sama kakak kelasnya malah main masuk aja, lo pikir ini sekolah nenek moyang lo!!”
Mati deh!! aku membalikan badan.
”Ma..ma..maaf kak.”
”Seenak jidat lo minta maaf!!” dia mendorong tubuh ku dengan cukup keras, Linda hanya tertunduk, seisi kelas juga terdiam.
”Jawab!!” dia semakin sangar, tapi tiba-tiba ada seseorang yang memanggil nama Deline.
”Deline!!”
Cewek itu berbalik,namanya Deline? Aku bertanya dalam hati. Dia tiba-tiba memamerkan senyumnya yang manis tapi menakutkan (menurut ku).
”Eh Anjar, kenapa?”
”Lo ngapain?”
”Gue.. gue cuma marahin nih anak, abisnya tengil banget.”
“Lo tau kan peraturan kita? Gue gak suka lo seenaknya sama adik kelas, apalagi ini hari pertama, ngerti Madeline Caroline Putri?!” Anjar menyebut namanya dengan sangat lengkap.
”Iya gue ngerti!” Deline tampak kesal dipermalukan didepan ku.
Sukurin! Kataku dalam hati. Aku tersenyum kecil, sebenarnya hendak tertawa tapi aku tahu diri, Deline kembali menatapku seakan ingin menerkam. Aku segera pergi dari hadapannya dan duduk disebelah cewek manis, kelihatannya sih centil.
”Gak apa-apa kan gue duduk disini?”
”Gak apa-apa.”
”Nama lo siapa?”
”Aku Abelia anastasya, kamu bisa panggil aku Abel, kamu sendiri?” dia menjulurkan tangannya hendak menyalami ku, langsung ku jabat tangannya.
”Gue Linda Maharani, panggil gue Linda.” aku memberikan senyuman manis padanya.
Saat Anjar sudah pergi, Deline kembali menghampiriku.
”Jangan lo kira karena Anjar ngebelain lo, lo bisa bebas! Lo udah bikin gue malu depan teman-teman lo, dan gue jamin lo bakal dapet balasannya, inget itu!” dia menaikkan suaranya dengan jari telunjuk di depan hidungku, aku menahan napas dan menghembuskannya saat dia pergi menjauhiku.
Entah kenapa aku jadi senyum-senyum sendiri mengingat kejadian tadi. Aku sadar ini pertama kalinya aku dibela sama cowok ganteng. Kan selama ini aku dikerjai mulu sama Aldo kunyuk itu. Ternyata Abel menatapku heran, dan mengguncangkan tubuhku. Dia mengingatkan ku untuk jaga sikap, dia takut kalau aku dimarahi lagi sama senior galak itu. Karena sebenarnya aku pun takut, aku menyetop lamunanku. Pengen ketemu lagi sama Anjar...

0 Comments:

Post a Comment