Minggu, 29 November 2009

*Menghilangkan Bulu Kaki
Bagi anda yang tidak menginginkan tumbuhnya bulu pada kaki, cobalah menggosokkannya dengan kapur sirih yang telah dicampur dengan daun cabai yang kecil. Lakukan setiap hari sebelum mandi maka anda akan melihat hasilnya.

*Menghaluskan Kulit Tangan secara Instan
Jika anda ingin mendapatkan kulit tangan yang halus tapi terdesak waktu, ada cara instan untuk itu. Basahkan tangan anda dengan air lalu gosok dengan satu sendok makan gula pasir. Bilas dengan air hingga bersih, dan kulit tangan anda akan langsung terasa lembut.

*Memerahkan Bibir secara Alami
Warna bibir yang merah merona alami tentunya menjadi idaman bagi setiap wanita. Dapatkan warna merah alami bibir anda dengan memanfaatkan parutan jahe. Caranya, buatlah wedang jahe, air panas secukupnya dan gula seperlunya. Ambillah ampas yang mengendap di dasarnya dan oleskan pada bibir. Diamkan kurang-lebih 15 menit lalu dibilas dengan air. Lakukan dengan rutin dan bibir anda akan tampak merah alami.

*Masker Jeruk Nipis Untuk Mengontrol Kelebihan Minyak di Wajah
Untuk membantu mengurangi kelebihan minyak diwajah, campur putih telur dari satu butir telur dengan perasan dari satu buah jeruk nipis. Oleskan pada wajah yang sudah dibersihkan. Diamkan hingga kering, lalu bilas sampai bersih.

* Gula Pasir sebagai Pengganti Scrub Mandi
Campur gula pasir dengan baby oil dengan perbandingan secukupnya. Jumlahnya bisa anda kira-kira sendiri sesuai dengan kebutuhan. Gosok ke seluruh tubuh atau ke bagian yang dirasa kasar. Lalu mandi seperti biasa.

*Menghilangkan Bekas Jerawat dengan Madu
Untuk menghilangkan bekas flek hitam atau jerawat, gunakan madu yang telah dipanaskan sebelumnya. Lalu oleskan ke daerah yang bermasalah saat masih hangat. diamkan sekitar 10 menit lalu bersihkan dengan kapas yang telah dibasahi air. Lakukan setiap hari sampai flek benar-benar hilang.

*Air Garam untuk Jerawat
Ambil setengah gelas air mendidih, masukkan 1 sendok teh garam dapur dan aduk hingga air menjadi hangat. Ambil satu lembar kapas, celupkan pada air garam lalu gosokkan ke seluruh bagian wajah. Ulangi sekali lagi lalu bilaslah dengan air hangat.

*Perawatan untuk Mengecilkan Pori-Pori Wajah
Campurkan 1 sendok teh garam dapur dan 1 sendok makan parutan timun. Oleskan pada wajah sambil dipijat perlahan, lalu bilaslah dengan air hangat. Oleskan campuran 2 sendok makan air dan setengah sendok teh cuka apel sesudahnya sebagai penyegar (bila perlu).


by: 199 Tips Cantik Mudah dan Murah dari Rumah

Sabtu, 28 November 2009

Linda dan Aldo part 4

Pagi-pagi..
BRUUKK..
”Shit!”
Aku kaget saat mendengar ucapan tersebut, ku coba untuk melihat orang yang baru saja kutabrak, tapi sulit, mataku kelilipan bulu mataku sendiri, memang aneh, tapi itulah yang sering terjadi, hampir setiap saat bulu mataku rontok dan menyelip masuk kedalam mataku, kata orang kalau bulu mata rontok berarti ada yang kangen, tapi kalau dipikir-pikir lagi siapa juga yang kangen sama aku sampai segitu seringnya? Harapku, semoga yang kangen sama aku berhenti deh, aku gak mau kelilipan sama bulu mataku sendiri. (Pedenya..)
”Jalan liat-liat dong!” dari suaranya sudah kupastikan dia seorang wanita, tapi tunggu.. kayaknya aku kenal sama pemilik suara itu. Suara yang tinggi, cempreng dan bisa bikin telinga sakit!
Mampus!! Itu pasti kak Deline..
Cepat-cepat kucari bulu mata yang masuk kemataku, dan saat sudah kudapat kujepit dengan telunjuk dan jempol ku, kutarik dan sekarang aku sudah bisa melihat.
”Maaf kak..”
”Dari kemarin lo bikin masalah mulu sama gue, dan dengan gampangnya lo minta maaf?!! Lo liat gak baju gue kena minuman?” dia berteriak dengan suara yang sangat cempreng, dia menunjuk bajunya yang kebasahan, dan astaga.. gak Cuma basah tapi juga kotor, sepertinya minuman itu adalah minuman bersoda yang pewarnanya kelewatan banyak.
”Maaf kak, tadi mata saya kelilipan.”
”Haha (tertawa dengan sangar), kelilipan apa? Mata lo aja yang gak bener!”
”Kelilipan bulu mata kak..” aku malu mengucapkannya.
”What?? Bulu mata? Gila, baru kali ini gue tau bisa kelilipan sama bulu mata sendiri, jangan bohong!!” dia gak percaya pada ucapanku, jelaslah.. kelilipan bulu mata itu ’aneh’.
”Beneran kak, saya minta maaf.”
”Dasar aneh! Mau gue maafin?”
Aku mengangguk pelan.
”Ada syaratnya.” dia tersenyum jahat, aduh.. aku mau diapain??


Aku berlari menuju kelas, berniat kabur dari kerumunan orang, sudah gak ada harga diri lagi depan semua orang, sudah cukup aku dipermalukan, ingin nangis rasanya, sudah kupastikan pipiku memerah, panas..
Saat kutemui kelasku, segera aku masuk dan duduk dibangku yang sudah mau patah, bangkunya bergoyang, dan berdenyit. Ku tutup wajahku dengan kedua tanganku, aku sudah tidak berani melihat dunia, seakan semua yang ada didalamnya tertawa. Coba bayangkan, ternyata seperti yang aku duga dari awal, kak Deline memang akan berbuat yang macam-macam padaku. Ternyata dia menyuruhku berlari keliling lapangan dengan mata tertutup serta tanpa alas kaki, sebenarnya bukan itu yang membuatku malu, tapi yang membuatku sampai merasa tidak ada tempat untuk menaruh wajahku ini adalah saat berlari aku manginjak genangan air dan terpelesetlah aku, rok ku kotor terkena lumpur yang berwarna coklat pekat, mereka semua menertawakanku dan gak cukup itu saja, setelah bangkit aku segera berlari hendak menghindari kerumunan, tapi tololnya aku tidak memperhatikan jalan, dan akhirnya aku menabrak tiang bendera, sakitnya luar biasa, lahir batin!!! Mereka kembali tertawa jauh lebih keras dari yang pertama, dan aku melihat kak Anjar, dan astaga.. dia ikut tertawa! Walau tidak begitu keras. Aku benci sama dia, ku kira dia satu-satunya orang yang peduli sama aku disekolah, ternyata dia sama saja!
Abel menghampiriku, dia duduk disebelahku dan mengusap pundakku dia ingin menenangkanku, datang lagi Icha dan Dery, mereka teman baruku.
”Linda yang sabar ya..”
Aku hanya diam, sungguh aku menangis saat itu.
”Linda udah gak usah dipikirin.” Icha turut berucap.
Akhirnya aku tidak lagi menutup wajahku dengan kedua tanganku, ku tarik nafas dalam-dalam.
”Gimana gak dipkirin? Emangnya yang tadi itu masalah sepele? Itu menyangkut harga diri, dan kalian juga tadi liat kan gimana semua orang ngetawain gue? Malu setengah mati tau gak kalo kalian mau tau!”
”Ya emang sih.. tapi gak usah lo permasalahin lagi, besok juga pasti pada lupa kok.”
”Gue gak yakin.” aku tertunduk.
”Udahlah, kalo menurut gue sih kalo lo dipermaluin kayak gitu jangan dipikirin, pede aja! Anggap aja lo lagi menghibur orang-orang, malah semakin lo kayak gini orang makin ngetawain lo, itu berdasarkan pengalaman gue loh, gue juga sering dipermalukan depan umum.” Dery sedikit manyun, aku ingin tertawa melihat ekspresinya, tapi aku hanya mampu tersenyum, kupukul lengannya dengan lembut. Aku kembali tersenyum..




Aku berjalan menyusuri jalan, mataku menerawang kesegala arah, terkadang ku tatap langit penuh harapan. Kulipat tanganku, sesekali kutendangi batu-batu kecil yang ada dihadapanku. Aku memutar kembali peristiwa saat pulang sekolah, waktu itu aku berpapasan sama kak Anjar, dia tersenyum padaku, aku tidak bisa mengartikan senyumannya saat itu, kupikir dia meledekku dengan kejadian saat aku dipermalukan didepan umum, ya sudah aku kasih saja muka tercuekku padanya, nyesel sih, mungkin saja dia memang mau senyum sama aku? Haduh.. kenapa sih apa yang aku lakuin kayaknya salah melulu? Saat sedang enak-enaknya melamun aku dikagetkan sama seseorang.
”Hayo ngelamun aja!”
Aku menengok, Aldo lagi Aldo lagi..
”Kenapa emang? Ngapain sih lo ikut campur, udah sana jauh-jauh!” aku mendorongnya.
”Yee, jutek amat bu? Biasa aja atuh.” dia manyun.
”Kenapa? Suka-suka gue mau ngapain aja!”
”Sensi amat sih lo sama gue sekarang? Kenapa sih? Gara-gara kejadian yang dilapangan?”
Degg, aku diam beberapa detik, maksud dia apa ngebahas masalah itu? Mau ngeledekin aku, begitu? Semakin panas saja terik matahari yang kurasakan.
”Mau ngeledekin? Silahkan!!” aku menjauhinya.
”Katanya mau diledek, kok malah ngejauh?” dia tersenyum genit, membuatku ingin meninju wajahnya.
”Linda tungguin!! Gue bercanda.”
Terus kupercepat langkahku, dan dia berlari. Sampai akhirnya dia meraih tanganku, kulepas genggamannya.
”Bisa gak sih lo gak ganggu gue sehari aja!”
”Gue gak pernah ganggu lo kok.”
”Hah! Gak pernah? Yang sekarang ini apa namaynya kalo bukan ngeganggu?” aku kembali pergi meninggalkannya, tapi kali ini dia tidak lagi mengejarku, kupikir dia sudah tahu diri.
”Sumpah gue gak pernah punya maksud bikin lo kesel.” Aldo berkata dengan lirih.
Tidak sama sekali kutengok dia, biarkan saja..

Rabu, 18 November 2009

Linda dan Aldo part 3

Setelah libur semester yang lumayan lama, akhirnya aku akan menghadapi yang namanya Masa Orientasi Siswa atau MOS. Segala rupa kebutuhan sudah dipersiapkan, berdandan layaknya orang gila salah satu yang membuat ku kesal, ”kenapa juga harus dandan jelek begini? Toh gak ada manfaatnya.” begitu pikir ku dalam hati. Dengan berat hati aku berangkat menuju sekolah baru ku itu, dan dalam 30 menit aku sudah menapakan kaki didepan gerbang sebuah SMA negeri di Bogor. Senyumku terpancar, tapi seketika sirna saat aku melihat sekelebat orang yang kukenali, dialah Aldo. Sebelum melangkah masuk aku memberikan senyum indahku pada kakak ku yang mengantar ku tadi kesekolah. Aku mempercepat langkah karena sebentar lagi bel akan dibunyikan, dan benar saja saat sedang berlari kecil dengan tidak sengaja aku menabrak seorang cowok, terpental lah tubuhku. Aku sedikit mendongak keatas, dia melihat seorang cowok yang ganteng banget, badannya tinggi tegap, dadanya bidang (kayaknya kalau diterawang), rambutnya panjang sekuping, matanya bulat, rahangnya tegas, dan senyumnya... manis sekali. Cowok itu ikut terduduk disampingku, membuyarkan lamunanku dengan jentikkan jarinya.
”Hei, kamu siapa? Anak baru ya?”tanyanya lembut.
”Iya, aku anak baru, maaf tadi aku gak sengaja nabrak kamu.” Linda dibantu berdiri.
”Kenalin aku Anjar, kakak kelas kamu kelas XI IPA 2, aku anak OSIS disini.”
Aduh.. mampus!! anak OSIS? Bisa dibunuh gue! aku tegang, kaki ku gemetaran.
”Hahaha, jangan tegang gitu kali, biasa aja, aku gak galak kok, ya udah kamu masuk kelas sana nanti dimarahin sama senior.” dia kembali tersenyum.
Dari pada mati berdiri disitu, ku langkahkan kakiku menuju kelas X 3. akhirnya ketemu juga, tapi karena telat sudah pasti Linda dipelototi sama seniornya. Badannya tinggi semampai, body-nya sexy kayak model, kulitnya putih mulus, rambutnya coklat panjang terurai, tapi dandanannya berlebihan seperti mau ke kondangan, tapi gak jelek kok, orang emang dasarnya cantik! Dia menatap ku sinis, matanya melirik tajam, senyumya seperti Nia Ramadhani kalau lagi peran antagonis, membuatku mati seketika. Dengan berani aku melangkahkan kaki menuju salah satu bangku kosong dipojok kelas, dan sialnya cewek itu menyetop langkahku. Dia menghampiri aku sambil berkacak pinggang, menatap ku garang.
”Songong amat lo maen ngeloyor masuk aja, udah telat bukannya laporan sama kakak kelasnya malah main masuk aja, lo pikir ini sekolah nenek moyang lo!!”
Mati deh!! aku membalikan badan.
”Ma..ma..maaf kak.”
”Seenak jidat lo minta maaf!!” dia mendorong tubuh ku dengan cukup keras, Linda hanya tertunduk, seisi kelas juga terdiam.
”Jawab!!” dia semakin sangar, tapi tiba-tiba ada seseorang yang memanggil nama Deline.
”Deline!!”
Cewek itu berbalik,namanya Deline? Aku bertanya dalam hati. Dia tiba-tiba memamerkan senyumnya yang manis tapi menakutkan (menurut ku).
”Eh Anjar, kenapa?”
”Lo ngapain?”
”Gue.. gue cuma marahin nih anak, abisnya tengil banget.”
“Lo tau kan peraturan kita? Gue gak suka lo seenaknya sama adik kelas, apalagi ini hari pertama, ngerti Madeline Caroline Putri?!” Anjar menyebut namanya dengan sangat lengkap.
”Iya gue ngerti!” Deline tampak kesal dipermalukan didepan ku.
Sukurin! Kataku dalam hati. Aku tersenyum kecil, sebenarnya hendak tertawa tapi aku tahu diri, Deline kembali menatapku seakan ingin menerkam. Aku segera pergi dari hadapannya dan duduk disebelah cewek manis, kelihatannya sih centil.
”Gak apa-apa kan gue duduk disini?”
”Gak apa-apa.”
”Nama lo siapa?”
”Aku Abelia anastasya, kamu bisa panggil aku Abel, kamu sendiri?” dia menjulurkan tangannya hendak menyalami ku, langsung ku jabat tangannya.
”Gue Linda Maharani, panggil gue Linda.” aku memberikan senyuman manis padanya.
Saat Anjar sudah pergi, Deline kembali menghampiriku.
”Jangan lo kira karena Anjar ngebelain lo, lo bisa bebas! Lo udah bikin gue malu depan teman-teman lo, dan gue jamin lo bakal dapet balasannya, inget itu!” dia menaikkan suaranya dengan jari telunjuk di depan hidungku, aku menahan napas dan menghembuskannya saat dia pergi menjauhiku.
Entah kenapa aku jadi senyum-senyum sendiri mengingat kejadian tadi. Aku sadar ini pertama kalinya aku dibela sama cowok ganteng. Kan selama ini aku dikerjai mulu sama Aldo kunyuk itu. Ternyata Abel menatapku heran, dan mengguncangkan tubuhku. Dia mengingatkan ku untuk jaga sikap, dia takut kalau aku dimarahi lagi sama senior galak itu. Karena sebenarnya aku pun takut, aku menyetop lamunanku. Pengen ketemu lagi sama Anjar...

Sabtu, 07 November 2009

Linda dan Aldo part 2

Hari itu adalah hari minggu, kegiatan rutin bagi ku untuk jogging tiap minggu pagi, sekedar mengitari perumahan, melihat kawanan burung indah bersenandung, mentari pancarkan kehangatan, angin berhembus membelaiku hingga tampak rambut ku pun ikut tersibak. Pagi-pagi sekali aku sudah mempersiapkan diri, dari sepatu kets putih, T-shirt putih, sweater kuning muda, celana jeans pendek, dan tak lupa satu botol aqua. Saat kaki mulai melangkah aku sedikit mengajukan permohonan pada Tuhan agar hal yang biasanya terjadi tidak terjadi pagi itu, aku sedikit mengingat kembali kejadian saat... lupakan!
Sekitar jam setengah enam pagi aku sudah mulai berlari pelan mengitari taman kemudian menuju ujung perumahan. Ujung perumahan adalah tempat spesial untuk ku disaat melepaskan beban kehidupan, disana terdapat sebuah danau mungkin buatan atau apalah. Disekitarnya hanya tanah kosong berselimut rumput hijau yang membentang, disitu memang belum dibangun sebuah hunian, alasannya apa aku pun tak tahu, aku hanya berharap tempat itu akan selalu seperti itu. Saat tiba disana, aku sedikit membungkuk melepas lelah, tak terlalu lama untuk melepas lelah, kemudian aku menatap ke depan, menatap tempat kesayangan ku itu, senyum indahkan wajah ku. Dengan semangat berkobar kembali aku berlari ke tepi danau, sedikit bermain air. Ada satu hal yang membuat ku tenang dikala berada disitu, yaitu disaat aku sedang berada di tempat tersebut, tak pernah sekalipun Aldo datang mengusik, hatiku puas. Tak ingin berlama-lama, aku segera melanjutkan kegiatan lari pagiku, saat kurang lebih lima meter berlari aku kembali menengok dan tak lupa kembali tersenyum. ’Sebentar lagi sampai, mudah-mudahan tuh bocah lupa kegiatannya’ begitu harapan ku setiap kali hampir tiba dirumah sesudah lari pagi, ada apa ya?
BYUURRR...!!!
”Kena lagi! Hahaha”
”Aldo!! Udah gue kasih tau berapa kali sama lo, jangan nyiram gue kalo habis jogging!”
”Gak apa-apa Lin, gue mandiin sekalian pake air bekas gue cuci mobil, dari pada pake air bersih, sayang tau! Buang-buang duit, lagian mubazir kalo nih air langsung di buang, biar ada manfaatnya sedikit.”
”Emang dasar lo ya!! Rese!!”
”hahaha.” tawanya membahana.
BUUKK!!!
aku yang tak mau kalah, membalas serangan Aldo, aku melemparinya dengan sebuah botol aqua yang kubawa tadi pagi, dan happy tralala botolnya tepat mengenai jidat Aldo.
”Mampus!! Hahaha.” aku pun berlalu dengan tawa, sedang Aldo hanya monyong-monyong diam terpaku di TKP, tak bisa berbuat apa-apa, tapi dia tersenyum lebar.
”I like you girl.”
What???


Hari-hari pasca UAN, aku sangat jengkel. Bukan karena takut nilai ulangan ku kecil, it’s impossible! Bukannya pamer, aku merupakan siswi terbaik disekolah. Ada satu hal yang membuatku manyun-manyun gak karuan. Tahu apa penyebabnya? aku baru saja diberitahu oleh mama bahwa Aldo akan didaftarkan disekolah yang sama dengan ku, jelas saja aku marah, sebab nasib sial yang bertubi-tubi sejak TK sampai SMP yang kukira akan berakhir dengan happy ending, ternyata sebuah angan. Aku melancarkan aksi mogok ngomong, bukan aksi mogok makan soalnya aku doyan banget makan. Sementara Aldo sangat senang dengan hal itu, kenapa? Mungkin dia berpikir akan tetap bisa berbuat jahil pada ku, atau mungkin ada hal lain??
Selain sifat jahil Aldo, ada lagi satu hal yang membuat ku benci bila harus disekolahkan disekolah yang sama dengan Aldo, yaitu persaingan kami. Kami adalah dua murid berprestasi, kami manjadi saingan sejak SD, tak ada habis-habisnya. Tapi ada yang membuat ku sedikit heran, saat hari belajar biasa bisa dibilang nilai Aldo tidak dapat menyaingi nilaiku, tapi mengapa saat ada tes dia selalu menyamai nila ku? ’dia pasti nyontek’ aku pernah berpikiran demikian, tapi bukti mengatakan lain. Dulu aku pernah menantang Aldo dalam mata pelajaran matematika, dan hasilnya memang bagus. Jadi apa yang mebuatnya seperti itu? Apa dia memakai sihir? Entahlah..
Yang jelas aku teramat tak suka kalau aku harus satu sekolahan lagi, apa lagi dalam rencana ku saat SMA nanti, aku mau PUNYA PACAR!! Yang pasti sudah jelas Aldo akan hancurkan impian itu, bagaimana tidak? Dia selalu mempermalukan ku, jadi akankah aku punya pacar kelak??
Semoga...

Minggu, 01 November 2009

Linda dan Aldo part 1

Pagi-pagi begini aku sedang lari tergopoh-gopoh, pipiku basah, di bajuku terlihat noda mungkin seperti lumpur. Dibelakangku ada seorang anak lelaki yang berlari mengejarku, tangannya penuh lumpur, sepertinya dia yang meninggalkan noda lumpur itu pada baju baruku. Umur kami bisa diperkirakan sekitar 9 tahun . aku berlari hingga tiba didepan ibu dan memeluk ibu sebari menangis. Ibu berusaha untuk meredakan tangisku yang sesenggukan, sementara lelaki jahil itu bersembunyi dibalik pohon, dia menyeringai, tawanya jahat lalu pergi menjauh dari situ karena takut di damprat ibu ku, sebetulnya sang ibu tahu siapa yang membuat anaknya ini menangis, ia pasti Aldo! Dia tahu betul anak lelaki itu sangat suka menjahili anaknya, tapi sang ibu tak mau memarahi bocah nakal tersebut, ’masih kecil’ pikirnya, dia hanya mengajak anaknya masuk untuk bersih-bersih.
Linda, itulah aku, aku adalah seorang gadis yang ceria penuh semangat belajar tapi sedikit cengeng. Maka dari itu aku selalu dikerjai sama teman lelakiku yang bernama Aldo. Entah apa yang membuat Aldo sangat senang menjahiliku. Kami adalah teman satu sekolah dan sekelas, hampir tiap hari aku dibuat menangis karenanya .


Kian hari kami makin tidak akur, terbukti saat kami sudah duduk di bangku SMP. Lagi-lagi kami satu sekolah walau tidak satu kelas. Orang tua kami memang dekat, sehingga kami disekolahkan disekolah yang sama. Di suatu hari yang terik, sekitar jam satu siang kami berdua pulang berbarengan, tiba-tiba Aldo berlari dari belakang dan dengan berani dia menaikkan rok ku yang tingginya selutut itu. Sontak aku kaget dan mengejar bocah itu. Tiba-tiba saat tengah berlari aku merasakan sakit yang luar biasa pada perut bagian bawahku, aku meringis. Kemudian aku terduduk di sebuah batu di pinggir jalan, Aldo yang sudah jauh kemudian kembali menghampiri ku dengan hati-hati, takutnya aku hanya berpura-pura kemudian menangkapnya dengan mudah.
”kenapa Lin?” Aldo membongkokkan badannya, sedangkan yang ditanya hanya diam dan tetap meringis.
”Linda lu jangan bercanda deh.”
”Eh, yang bilang gue bercanda siapa?sakit beneran tau gak!”
”Ya udah sini gue bantu.” Aldo berusaha membopong tubuh Linda.
”Gak mau ah! Nanti lu jailin gue lagi.”
“Gak kok! lu lagi sakit begini gak mungkin gue ngejailin lu.”
”Emangnya lu bisa dipercaya gitu? Gue tau betul sifat lu.” aku keukeuh.
”Eh cerewet banget sih lu! Udah deh gak usah banyak cincong.” Aldo kemudian berusaha membuat ku berdiri. Dan betapa kagetnya Aldo ketika melihat batu yang tadi ku duduki, secara reflek dia menengok ke arah rok ku.
”Linda rok lu ada darahnya!!!!” dengan tangkas dia menggendong ku di punggungnya, tasnya di pindahkan ke depan dadanya dan berlari dengan cepat, sementara aku berontak di gendongan.
Tak lama kemudian kami sampai di rumah ku dan Aldo mengetuk pintu rumah dengan keras. Tak butuh waktu lama, ibu ku segera keluar dengan wajah yang agak heran.
”Ada apa Aldo?”
”Tante, Linda roknya ada darahnya, bawa kerumah sakit aja tante, buruan ini gawat!!!”
Ibu ku tertawa dengan keras, kemudian mengelus rambut bocah lelaki itu sebari berucap.
”Aduh Aldo, makasih kamu sudah khawatir sama Linda, kalau berdarah seperti itu wajar untuk anak gadis seumuran Linda, itu namanya menstruasi sayang, entar juga kamu tau itu kok.” tante Lisa tersenyum.
”Oh begitu, hehe, Linda kenapa gak ngomong?!!” Aldo menyalahkan ku.
”Enak aja, abisnya gue mau ngomong gak dikasih kesempatan sama lu!”
”Dasar!! Baju gue kan jadi kena darah lu tau!”
”Yang nyuruh lu gendong gue siapa?”
”Sudah dong, ya udah nanti tante cuciin baju kamu ya, sekarang kamu pulang dulu, Linda gak kenapa-kenapa kok.”
”Biar bibi dirumah aja yang cuciin, siang tante.” tak lupa Aldo menjulurkan lidahnya pada ku kemudian berlari dan hilang....

;;