Sabtu, 20 Februari 2010

Linda Dan Aldo Part 9


Beberapa hari setelah kejadian di pinggir danau, Aldo masih saja canggung, dia bingung dengan perasaannya, antara menyesal dan bahagia. Linda juga merasakan perubahan dari diri Aldo saat ini. Aldo benar-benar sudah kelihatan berubah di mata Linda, dia sudah tidak pernah menjahili Linda seperti biasanya, dan bukannya senang, Linda malah merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya, sesuatu yang sejak dulu sangat dibencinya hilang begitu saja. Semestinya dia senang, tapi kenapa dia malah merasa kehilangan? Mungkin tidak biasa saja, begitu batin Linda berbicara, berusaha mendustai hatinya. Tapi belakangan ini Linda sangat dekat dengan Anjar, satu sisi dia sangat senang, tapi di sisi lain dia merasa bingung. Dia baru saja mendapat pernyataan cinta dari Anjar, sudah seminggu Linda belum juga memberikan jawaban, dia masih bingung. Entah apa yang dibingungkannya, dia benar-benar bimbang, mungkinkah karena Deline? Dia juga tidak tahu. Linda lebih banyak diam belakangan ini, Aldo menyadari perubahan yang juga dilakukan Linda, hidup mereka terasa berbeda. Pulang sekolah Anjar sudah berpesan pada Linda untuk menjawab perihal masalah perasaannya. Itu semua membuat Linda semakin gusar, dia sama sekali belum mempersiapkan jawaban yang sesuai dengan perasaannya, semua waktunya terbuang hanya untuk bengong, sungguh terbuang sia-sia semua itu! Dan waktu terus berjalan, sampai pula waktunya pulang sekolah, Linda sengaja memperlambat gerakannya, keluar kelas paling akhir, berjalan pun seperti orang yang berjalan memakai tongkat, benar-benar lambat! Tapi selambat-lambatnya dia berjalan pasti tiba juga di tempat yang dituju, parkiran sekolah tepat di samping mobil Anjar.

Diam..

”Lin, gimana? Udah dapat jawabannya? Kamu udah terlalu lama gantung perasaan aku, jawab sekarang kan?” Anjar begitu berhati-hati melontarkan pertanyaan, dia melihat wajah Linda tampak tak begitu baik. Yang ditanya hanya diam terpaku.

”Lin? Kamu baik-baik aja kan? Kamu hanya perlu jawab sesuai kata hati kamu, gak ada unsur paksaan kok, aku bisa terima semua yang bakal kamu jawab.” Anjar sudah benar-benar pasrah, harapannya sudah kosong, sungguh dia tahu itu! Linda diam, wajahnya tak menjawab apa yang ditanyakan oleh Anjar.

”Please..aku udah terlalu lama nunggu.”

Linda akhirnya angkat suara.

”Jujur, aku gak tahu apa yang harus aku jawab, aku tertarik sama kakak, tapi aku gak tahu apakah baik untuk kita pacaran? Aku takut semuanya sia-sia.”

”Bisa kamu coba kan?”

”Aku gak tahu.”

”Aku janji kamu gak akan pernah menyesal, please..cuma kamu yang bisa bikin aku senang, aku benar-benar sayang sama kamu, dan aku mau kamu jadi milik ku, Cuma kamu Lin..” Anjar begitu memohon, Linda sampai tidak tega melihatnya.

”Janji? Aku gak akan di mainin, bakal dijagain, disayangin, janji??”

“Janji.” Jawabnya mantap.

Linda hanya tersenyum lebar, tak tahu itu tulus atau tidak, yang dia rasakan hanya perasaannya yang sudah lega. Terlebih Anjar, hampir saja dia melompat saking girangnya, dia hanya bisa memendam itu semua, tapi takkan pernah bisa menghapus rasa bahagianya dari wajahnya, begitu berbinar-binar. Linda tertawa melihatnya. Sementara Deline dan Aldo merasakan perih yang luar biasa di hati mereka. Anjar mengantar Linda pulang, semua sudah berakhir namun menjadi awal kisah baru..

***

Di tempat yang berbeda, Aldo ada di danau, sedangkan Linda ada di kamarnya. Keduanya menatap ke arah langit, penuh harapan, penuh bimbang, rasa yang tak beraturan, keduanya juga meneteskan air mata, membiarkan air matanya bergulir. Linda bingung akan perasaannya, dia semestinya senang sudah mendapatkan yang dulu ia inginkan, tapi kenapa sekarang begini? Dia tidak tahu, dia tidak puas dengan semua ini, tanpa dia tahu sebabnya, ada sesuatu yang ia rasakan di bibirnya, mungkin sebuah getaran. Dia menyentuh bibirnya, merasakan ada sesuatu yang pernah abadi di sana, tanpa dia tahu apa itu? Tapi dia kembali sadar, Anjarlah yang dia cintai selama ini, ya! Itu pasti, dia harus yakin akan keputusan yang sudah terlanjur dibuatnya. Dia akhirnya memilih untuk tidur. Sementara Aldo, dia tetap meratapi semuanya, hancur sekali hatinya, ini tidak adil menurutnya, dia berdiri lalu menendang rumput-rumput, tindakkan bodoh!

”TOLOL!!” dia berteriak sekencang-kencangnya, lalu berlari pulang.

Di ujung sana Linda kembali membuka mata, merasakan panggilan batin, dadanya sesak, dia duduk di tepi ranjang, menarik napas dalam-dalam, dan dalam hitungan detik kembali untuk melanjutkan mimpi.

***

Pagi yang cukup mengejutkan, Linda mendapati Aldo menduduki bangkunya. Aldo terlihat lesu, pucat tak bersemangat, tapi yang paling dipertanyakan adalah, apa yang dilakukan Aldo di bangkunya? Segera ia berjalan untuk mencari tahu jawabannya.

”Ngapain lo di sini?”

Aldo mengangkat wajahnya, wajah yang sangat berantakkan!

”Lo udah jadian sama Anjar?”

”Apa urusan lo?”

”Lo udah jadian apa belum!!” suaranya meninggi, menandakan keseriusannya.

”Udah! Kenapa? Gak suka?”

”Bego lo ya!” Aldo segera menjauh dari hadapan Linda, duduk di bangkunya dan terdiam lalu memendam wajahnya. Linda yang sedari tadi berdiri merasakan sesuatu yang aneh, Aldo terlihat jauh berbeda, apa yang membuatnya demikian? Linda hanya bisa duduk dan berpikir. Pikirannya terus tertuju pada Aldo, bahkan saat jam pelajaran dimulai dia tetap memikirkan Aldo. Saat dia tersadar Aldo tak lagi ada di bangkunya, kemana dia? Linda mencari-cari bayang Aldo di sudut-sudut kelas, tapi tak juga dia temukan, Abel yang melihat segera bertanya.

”Cari apa Lin?”

”Aldo.”

”Hah?! Gak salah nyari Aldo?”

”Iya gue serius, Aldo di mana?”

”Tadi sih dia keluar, kalau gak salah mau ke UKS deh, kenapa sih?”

Linda tak menjawab, dia justru mengacungkan tangan untuk meminta izin keluar kelas, alasannya sih mau ke toilet, tapi dia berbohong dan dia diperbolehkan. Abel yang memperhatikan hanya diam termangu.

Linda mempercepat langkahnya, UKS cukup jauh dari kelasnya, tangannya bertaut, dia khawatir! Ya, dia khawatir pada Aldo. Saat tiba di pintu UKS Linda sempat mengurungkan niatnya untuk melihat Aldo, tapi rasa khawatirnya begitu keras mendorong, akhirnya masuklah dia ke dalam UKS. Dia dapati Aldo yang sedang tertidur, wajahnya pucat sekali tapi begitu tenang, Linda mendekat menatap lekat-lekat wajah orang yang sangat di bencinya dan tanpa terasa jatuhlah air matanya tepat di wajah Aldo, perlahan terbukalah mata Aldo.

”Ngapain lo di sini?”

”Eh..ehm..nggak, tadi gue pusing terus ke sini nyari minyak kayu putih.”

”Terus kenapa nangis?”

”Nangis? Siapa yang nangis?”

”Jangan bohong, gue ngerasain kok air mata lo jatuh di muka gue, kenapa? Gak usah sedih gue masuk UKS, biasa aja kali.”

”Enak aja! Itu bukan air mata tau.”

”Terus apa?”

”Ehmm....itu tuh, eh..ehm..”

”Apa???”

”Tadi gue meler terus netes ke lo deh, hehehehe, sorry ya..”

”Eh kurang ajar lo!!” Aldo yang panik segera mengelap wajahnya.

”Sorry ya, lo sakit apa sampai masuk UKS? Males belajar ya?”

”Enak aja! Gue sakit apa ya? Macem-macem sih.”

”Apa aja? Sebutin dong!”

”Pusing, demam, maag, sama sakit hati.”

’Sakit hati’, apa maksud dari sakit hati? Linda yang mendengar jawaban itu langsung keluar meninggalkan UKS. Aldo tersenyum melihat tingkah laku Linda yang gelagapan, lalu tertawa mengingat jawaban Linda kalau tadi itu bukan air mata tapi dia meler? Sungguh tak masuk akal, dia yakin Linda menangis, dan itu sedikitnya dapat mengobati sakitnya.

0 Comments:

Post a Comment