Selasa, 05 Januari 2010

Linda Dan Aldo Part 8


Hari ini hari libur, Linda masih saja terlelap dalam tidurnya, masih juga bergulat dengan mimpinya. Tiba-tiba deringan bekernya membangunkannya dari tidur. Segera dia matikan bekernya, dia masih terdiam di sisi ranjang, merenggangkan otot-otonya yang masih kaku, sesunggunhnya dia masih mengantuk. Dengan lemas dia menyibak tirai, seketika cahaya masuk membuatnya silau, dia mulai membiasakan cahaya tersebut terlihat olehnya. Masih memakai piyama, dia keluar dari kamar tanpa cuci muka terlebih dahulu. Dia menuju ruang makan.
”Maa..aku laper nih, udah ada makanan belum?” dia langsung mempersiapkan diri makan di meja makan.
”Belum cuci muka juga, mandi dulu sana, paling setengah jam lagi selesai nih, kamu mandi dulu biar gak bau, sana!!”
”Iya..iya, kalo aku udah selesai makanannya juga udah siap ya!”
”Bawel ya kamu!” mamanya hanya tersenyum, sementara Linda kembali lagi ke kamarnya hendak membersihkan diri. Setelah beberapa menit mandi, Linda kembali turun ke ruang makan, dan dengan wajah yang berbinar melihat berbagai macam santapan sudah tersedia di meja makan. Dia langsung mengambil piring, mendahului papa, mama, dan kakaknya. Ketiga keluarganya itu hanya geleng-geleng.
”Napas Lin, kelaperan apa doyan kamu?” kak Dhika tersenyum pada adiknya.
”Laper tau gak! Maaf ya semuanya Linda makan duluan, hehe”
”Dasar kamu itu ya!” sang papa berkomentar, yang disindir hanya cengengesan, Linda mulai menyuapi sesendok nasi bercampur lauk pauk dan mencampurnya di dalam mulut. Wajahnya memberi isyarat bahwa masakan mamanya sangat enak, Tante Lisa tertawa kecil. Beginilah keluarga kecil tersebut, penuh tawa walaupun terkadang keributan sering terjadi, terutama antara Linda dan Dhika kakaknya. Selesai makan Linda langsung keluar rumah untuk berkeliling kompleks, ya mungkin sedikit kesiangan, tapi gak apa-apalah. Hehe..
Seperti harai-hari libur sebelumnya, Linda mampir ke danau yang ada di ujung perumahan, saat danau sudah tertangkap oleh matanya, dia berlari kemudian berputar-putar di samping danau, manghirup dalam-dalam udara di sana, dia tertawa sendiri. Entah apa yang menyihirnya, dia sangat teramat merasa lebih baik jika berada di sana, dia menjatuhkan dirinya direrumputan. Menatap mentari, kemudian memejamkan mata, merasakan semilir angin pagi membelai wajahnya, begitu indah hidupnya saat itu. Dan itu tak berlangsung lama.
”Ngapai di sini? Kayak anak kecil lo tadi gue liat.”
Aldo!!
”Elo? Ngapain lo di sini? Ini kan tempat gue, lo gak boleh ke sini!”
”Eh buseeett, emangnya udah lo beli nih tanah? Seenak jidat lo larang-larang orang.”
”Tapi kan gue ke sini mau nenangin diri, terutama menghindari lo! Jadi jangan pernah ke sini!”
Linda mendorong-dorong Aldo, tapi Aldo tetap di situ, malah dia duduk di samping Linda, Linda pasrah saja.
”Lo kalo dapet tempat kayak begini tuh ajak-ajak gue dong.”
”Justru gue di sini biar gak ketemu lo!”
Aldo menyuntrungi kepala Linda, dan Linda memebalasnya dengan pukulan. Aldo tertawa, sangat kencang.
”Huss, berisik gila! Diliatain orang nih.” Linda membekap mulut Aldo.
”Ya udah sih..”
Aldo menarik wajah Linda, dia menatapnya dalam-dalam, Linda kian deg-degan saat Aldo semakin mendekatkan wajah mereka, semakin dekat dan semakin dekat. Linda menutup matanya, mungkinkah ini saatnya dia merasakan first kiss? Dengan musuhnya??
”Mandinya gak bener nih ada beleknya.” Aldo mencongkel kotoran yang ada di mata Linda, dan jelas itu mambuat Linda pucat pasi, bukan hanya ketahuan ada kotoran di matanya, tapi juga betapa bodohnya dia kalau tadi dia berpikir akan dicium sama Aldo? Tanpa berlama-lama Linda pergi dari situ, berlari sekuat mungkin, dia tak mau menatap Aldo lagi saat itu, malu..
Aldo terdiam melihat Linda yang salting begitu, dia tertawa sendiri.

***

”Bego, bego, bego!! Ngapain juga coba mikir kalo dia bakal cium gue? Dia musuh lo Linda! Gak mungkin banget.” Linda mengomel sendiri saat sudah sampai di depan rumah.
”Siapa yang mau cium kamu Lin?”
Tiba-tiba seorang laki-laki berkomentar, dan Linda bisa pastikan kalau itu adalah Kak Anjar. Deg, aliran darahnya seperti berhenti mengalir.
”Eh, hmm..gak kok, bukan siapa-siapa. Kakak kok di sini? Ada apa?”
”Aku dateng kesini cuma mau mastiin kalo kamu baik-baik aja, soalnya kemaren Aldo datang ke kelas aku,terus marah-marah gitu soalnya Deline mau ngelabrak kamu gara-gara aku, tapi tadi udah aku tanya sama mama kamu, katanya Aldo bantuin kamu ya?”
”Ehmm..iya sih, dia sampai luka-luka juga.”
”Ya udah mulai besok aku aja yang anterin kamu, gimana?”
”Aduh gimana ya? Entar kak Deline makin marah sama aku?”
”Tapi kalo kamu sama aku kan dia gak mungkin berani macem-macem sama kamu?”
”Ya udah deh, gimana baiknya aja.”
”Oke deh, ya udah aku mau pulang dulu, ada urusan. Inget besok kamu aku jemput pas mau berangkat sekolah, pulangnya juga aku anterin, bye..”
”Bye..”
Diam-diam Aldo mengintip dibalik tembok, sepertinya dia tak suka dengan percakapan antara Linda dan Anjar.

***
Malam itu Abel, Icha dan Dery sedang main ke rumah Linda. Mereka berkumpul di teras depan rumah, berbagai hal mereka bicarakan, terutama masalah cewek, yang jelas saja membuat Dery tidak betah sama sekali. Akhirnya Dery memutuskan untuk mengirim sms pada Aldo, dia tahu bahwa rumah Aldo itu dekat dengan rumah Linda, tapi Dery mengirim pesan itu tanpa sepengetahuan teman-teman ceweknya, bisa di bunuh dia kalo mereka tahu Dery menyimpan nomor Hp Aldo, terlebih menyuruhnya ikut bergabung. Dan tamu tak diundang pun datang, wajah para cewek-cewek berubah, sedangkan Dery bersyukur sekali. Hehe..
”Ngapai lo ke sini?” Linda langsung bertanya.
”Main aja, kenapa? Gak boleh?”
”Udah tau nanya lagi!”
”Dasar cewek gak tau terima kasih! Udah gue tolongin masih aja jutek sama gue, lagian lo semua gak kasian apa sama Dery? Udah cowok sendiri, ngobrolin masalah cewek, jelas dia butuh temen dong?”
”Bawel lo ya! Ya udah kalo lo mau temenin Dery, ajak aja dia ke rumah lo.”
”Lagi males di rumah, makanya gue ke sini.”
Linda tak lagi membalas ucapan Aldo. Dia lebih memilih untuk melanjutkan obrolannya sama Icha dan Abel.
”Oh iya, kemarin Abel ngobrol sama sepupu Abel yang tinggal di Australia, dia nanya sama Abel, first kiss Abel sama siapa? Abel bilang aja belum pernah, masa Abel diledekin? Kata dia kalo seumuran kita ini udah pas banget buat ngerasain itu. Linda sama Icha udah ngerasain belum?”
Spontan Linda teringat kejadian di pinggir danau tadi pagi, mukanya bersemu.
”Kayaknya Linda hampir deh.” Aldo langsung nyeletuk begitu saja, pipi Linda kian memerah.
”Linda udah? Ceritain dong..” Abel langsung histeris.
”Bohong Bel, gue belum pernah.”
”Kan kata gue juga hampir.”
”Kok Aldo tau sih?” tanya Abel.
”Aldo tea..apa sih yang gue gak tau?”
”Jadi belum pernah semua nih?” Abel kembali menanyakan. Dan di jawab dengan anggukan teman-temannya.
”Ya udah kalo gitu Abel mau tanya, kalian mau first kiss kalian sama siapa?”
”Kalo gue sih mau sama Will Smith aja, hehe..” Icha yang pertama menjawab, dan ternyata menuai kontrofersi, suntrungan bertubi-tubi melayang di jidatnya. Tapi dia masih tetap nyengir kuda.
”Kalo Dery nih ya, pengen banget di cium sama...gak tau juga sih, pokoknya cewek pertama gue yang bakal dapetin itu, hehe..”
”Abel mau banget dicium sama cowok paling ganteng yang pernah Abel kenal, kalo Linda sama Aldo?”
”Kalo gue sih, sama cowok yang paling ganteng di sekolah, yang baik banget sama gue.”
”Kak Anjar ya Lin?”
”Mungkin..”Linda sebenarnya tak bersungguh-sungguh mengatakan itu, dia hanya mau melihat ekspresi Aldo, dan kalo Aldo membalas sindirannya, bisa jadi Aldo itu suka sama Linda.
”Kalo gue bakal cium orang yang paling gue sayang, yang selalu gue lindungin, sekalipun dia gak pernah sadar itu, dan gue harus dapetin first kissnya. Haha..”
”Kalo dia udah pernah ciuman gimana?”
”Kalo sekarang gue yakin dia belum, tapi buat mengantisipasi gue bakal cium dia sekarang juga kalo gue mau.” Aldo menjawab mantap, semua pendengar cengo, terutama Linda.
”Lin lo kenapa? Oh iya lo gak mau nunjukin tempat spesial lo sama anak-anak? Kalo mau kita ajak mereka aja sekarang.”
”Eh..gak kenapa-napa kok, ya udah terserah lo aja Aldo.” Linda gagap, salting, membuat teman-temannya heran sekaligus menaruh curiga bahwa wanita yang disebutkan Aldo adalah Linda. Akhirnya mereka pergi ke danau itu. Tak disangka sama sekali oleh Linda, danau itu jauh lebih indah di malam hari, airnya berkilauan memantulkan cahaya bulan, anginnya semakin menusuk, begitu romantis menurut Linda. Dan Linda rasa teman-temannya sependapat sama dia.
”Gimana? Bagus kan? Kayaknya enakan malem dateng ke sini.” Aldo berkomentar, namun tak satupun dari mereka yang menjawab, tapi bisa dipastikan jawaban mereka adalah iya. Mereka berlima membaringkan diri mereka di rerumputan yang dingin, memandang langit bertaburan bintang. Saking tenangnya Linda sampai tertidur, padahal teman-temannya sudah mau pamit pulang, akhirnya mereka pulang tanpa pamit sama Linda, itu juga atas perintah Aldo, alesannya sih biarin Linda tidur, gak enak dibangunin. Dan kini hanya ada mereka berdua di sana, jantung Aldo tiba-tiba berdetak kencang. Dia kembali mengingat ucapannya mengenai first kiss, apakah ini saatnya? Batinnya. Dia memutar badan sehingga menghadap Linda, dia pandangi wajah gadis itu, begitu manis diterpa cahaya rembulan, tak pernah dia melihat wajah Linda semanis ini. Tak begitu sadar, ia membelai lembut kepala Linda, mengusap pipi Linda dengan punggung tangannya. Tekadnya kian bulat, dia dekatkan wajahnya.
”Gue adalah orang yang berhak dapetin first kiss lo Lin, karena gue tau akhirnya lo bakal jadi milik gue.”
Dan itu terjadi, mata Aldo terpejam, dan perlahan dia mengecup bibir Linda lembut, tak begitu lama, dia kembali mengangkat wajahnya. Pipinya memerah, tak disangka semudah ini semuanya terjadi. Tidak mau berlama-lama bergulat dengan perasaannya, dia mengguncangkan tubuh Linda sampai Linda membuka matanya.
”Kenapa sih? Loh, anak-anak pada kemana?” Linda bingung mendapati dirinya hanya berdua dengan Aldo.
”Dah pada balik, lo tidur kayak kebo sih.”
”Tapi lo gak macem-macem kan sama gue?” Linda curiga.
”Gue? Ngapa-ngapain lo? Apanya yang bisa gue apa-apain? Gak ada satupun sisi dari badan lo yang menarik buat dia apa-apain. Ya udah balik yuk!”
”Enak aja lo ngomong! Ya udah balik deh.”
Akhirnya mereka berdua pulang menaiki sepeda yang dibawa Aldo tadi, tentu Aldo mengantar Linda sampai rumah, entah apa yang menyelimuti perasaan mereka malam itu, semuanya terasa begitu indah. Terutama Aldo, baginya malam ini adalah malam yang sangat dia imipikan selama ini. Sesungguhnya dia mengharapkan lebih dari pada malam ini, dan dia ingin semuanya menjadi kenyataan.

0 Comments:

Post a Comment