Selasa, 05 Januari 2010

Linda Dan Aldo Part 7


“Lindaaa!!” Abel menjerit saat melihat Linda, dia berlari kearahnya.

“Kenapa lo?”

“Ceritain yang kemarin dong, yang kamu jalan sama kak Anjar, Abel mau tau.” Abel seperti anak kecil yang menginginkan permen.

“Sabar dong, entar gue ceritain di kelas.”

Mereka masuk ke kelas, di sana Icha dan Dery sudah menunggu dengan rasa penasaran yang sama, Linda ingin sekali tertawa melihat ekspresi mereka, terlebih mengetahui Dery yang biasanya ngaret, sekarang datang lebih pagi hanya untuk mendengarkan cerita Linda.

“Madesu semua lo.” Linda mengejek.

Mereka bertiga tak memperdulikan ledekan tersebut, yang ada di kepala mereka hanya cerita Linda.

“Udah buruan cerita kenapa!” Icha sudah tak sabar.

“Sabar dong..” Lida menarik napas dan kembali bercerita.

“Kemarin diajak kemana aja lo?” Dery memasang tampang serius.

“Kemarin gue cuma diajak makan aja.”

“Wah.. gak ngajak-ngajak”

“Ngajak? ya enggak lah, ya cuma itu aja sih, habis itu gue di anterin pulang, kita juga udah tukeran nomer Hp, hehe.”

“Wuiiihh, Linda kamu beruntung banget ya, coba Abel jadi Linda, uuhhh..seneng banget.”

BRAAKK!!

Terdengar suara pukulan yang kencang, sepertinya seseorang baru saja menggebrak pintu kelas, semua orang tertegun melihat orang yang baru saja membuat kehebohan di kelas, termasuk Linda dan ketiga kawannya.

“Lin, masalah besar Lin..”Dery berbisik.

“Linda! gue mau bicara sama lo!” Deline berteriak.

“Ada apa kak?” Linda berusaha bersikap santai, tapi dia tidak bisa sepenuhnya menutupi perasaan takutnya.

“Gue kasih tau sama lo, jangan pernah lo deket-deket sama Anjar lagi! dan kalo sampai gue liat lo bareng dia lagi, lo bakal tau sendiri akibatnya.”

“Kakak gak punya hak buat larang saya deket sama siapa pun, termasuk kak Anjar, kakak bukan siapa-siapanya dia kan? dan yang saya tau kak Anjar yang bilang sendiri, kalo dia itu gak mau diganggu sama kakak, bukan sama saya!”

“Oh.. udah pinter ngomong lo ya sekarang? malu dong lo ngerebut gebetan orang!! dasar anak ingusan!”

“Saya gak akan malu, kalo dia pacar kakak baru saya malu.”

Deline sudah benar-benar kehilangan akal sehat dan kesabarannya, dia menarik Linda keluar, tapi ada seseorang yang menghalanginya, dan dia Aldo.

”Eh lo gak usah ikut campur ya!”

“Gimana gue gak ikut campur? Gue ketua kelas di sini, dan lo udah bikin kerusuhan di kelas gue, gue berhak ikut campur!” Aldo merebut Linda dari tangan Deline.

“Gue heran, kenapa sih banyak banget yang belain dia?!” Deline menunjuk Linda.

”Gue minta lo keluar dari kelas ini!”

”Siapa lo, hah?!! Gue kakak kelas lo tau gak!”

”Dan kalo lo kakak kelas gue lo mau apa?! Lo pikir karena lo senior, lo bisa seenaknya? Kita semua sama-sama bayar di sini, jadi lo gak berhak sama sekali atas semua yang ada di sini!”

”Baru kali ini ada yang berani ngomong gitu ke gue, sialan ya lo semua!! Oke kalo lo gak mau ada keributan di kelas lo, gue bakal selesein urusan ini di luar sekolah, dan itu gak akan main-main! Dan lo Linda, siapin diri lo!” Deline keluar sekali lagi dengan gebrakan pintu yang keras, semua terdiam tak ada yang berani berkata-kata. Sesaat Linda melirik ke arah Aldo heran, tumben juga dia belain gue? Begitu pikirnya. Aldo segera berlari keluar.

”Lin, lo liat kan musuh bebuyutan lo belain lo tadi.” Icha masih takjub dengan kejadian barusan.

”Wah..Linda, kamu hebat ya, ada dua cowok yang care sama kamu, aku aja yang cantik gak ada yang pernah belain aku sampai segitunya.” Abel ikut-ikutan takjub, tapi jawabannya mengundang rasa geregetan Dery, dengan gemas Dery menjewernya.

”Pede banget lo.”

Abel hanya diam, mengusap-usap telinganya.

Sementara di kelas XI IPA 2 , tepatnya kelas Anjar..

”Anjar, gue mau ngomong sama lo.”

”Siapa nih? Songong amat? Pake ’kak’ dong kalo manggil kakak kelas!” seseorang berusaha menggurui Aldo.

”Bulshit!” Aldo membalas perkataannya, dia berpikir untuk apa menghormati kakak kelas kalau kakak kelas itu sendiri tak pantas dihormati? Sedangkan lelaki itu hanya geleng-geleng.

”Kenapa lo?”

Aldo langsung menarik kerah baju Anjar.

”Lo kenapa sih? Nyantai dong.”

”Gue kasih tau sama lo, jangan deketin Linda lagi!”

”Apa urusan lo? Lo bukan pacarnya Linda kan? Lo gak berhak larang siapa pun buat deket sama dia!”

”Tapi gara-gara lo Linda sekarang kena masalah!!”

”Masalah apa?”

”Deline!! Jadi mendingan lo gak usah ganggu Linda lagi, karena gue gak mau kalo Deline sampai macem-macem sama Linda.”

”Lo care banget sama Linda? Lo suka sama dia, dan lo merasa gue bakal ngerebut dia gitu?”

Tanpa banyak bicara Aldo meninju wajah Anjar.

”Lo denger kata-kata gue!” Aldo pergi begitu saja. Tadinya teman-teman Anjar yang melihat sikap Aldo yang bisa dibilang kurang ajar ingin sekali mengeroyok anak itu, tapi Anjar menahan mereka, Anjar tidak mau ada masalah baru lagi.

***

Jam pelajaran terakhir telah usai, kini saatnya pulang. Semua murid berhamburan keluar, dan inilah saat yang ditakuti Linda. Dia berpikir hal apa lagi yang akan dilakukan Deline padanya.

”Aduh gimana nih? Entar kalo gue dikeroyok dijalan gimana?”

”Gimana ya Lin?” Icha ikut berpikir.

Beberapa menit berlalu, mereka masih tidak bisa mendapatkan solusi.

”Eh lama banget sih lo!” Aldo menegur Linda.

”Lama apaan sih?”

”Lo pulang bareng gue, cepetan!!”

”Yee...galak banget sih? Lagian siapa juga yang mau bareng sama lo?”

Aldo menarik tangan Linda, lebih tepatnya menyeret.

”Lepasin gak!”

”Bawel ya jadi cewek? Udah ikut aja kenapa?!”

”Ya udah tapi gak usah pake narik-narik gitu dong.”

Aldo tetap saja tak melepaskan genggamannya, bahkan merenggangkan saja tidak, dia tetap menarik Linda dengan paksa.

”Sakit Do..”

”Naik buruan.” Aldo memberi komando agar Linda segera naik ke motornya, Linda menurutinya.

Saat di jalan, ada sebuah mobil sedan hitam yang mengikuti mereka, Aldo sudah sangat yakin itu Deline. Aldo menambah kecepatan motornya, begitu pula mobil tersebut. Berulang kali Aldo hampir menabrak, hingga akhirnya mobil tersebut berhasil mencegat mereka berdua.

”Mati gue!” Linda pasrah.

Terlihat ada beberapa laki-laki yang menyertai langkah Deline, mereka bertubuh kekar, tampangnya juga sangar. Aldo juga sempat takut melihat otot-otot itu, keringat dingin mengucur di pelipisnya.

”Oh, jadi lo minta bantuan ketua kelas lo buat lindungin lo?! Tapi sayang, ketua kelas lo ini gak bisa bilang ’jangan bikin keributan di kelas gue!’. Hemm..itu gak akan terjadi baby, dan sesuai janji gue, lo bakal terima apa yang emang pantas lo terima.” Deline menjentikkan jarinya, itu adalah tanda bahwa Deline memerintahkan anak buahnya untuk melakukan sesuatu yang sudah diperintahkannya. Aldo menghalangi preman-preman itu.

”Eh lo! Gak usah sok jagoan, lo gak usah repot-repot jagain tuh cewek genit! Lo mau kalo lo bonyok gara-gara tuh cewek?”

”Lo bawa anak buah, apa salahnya kalo dia minta bantuan gue?”

”Ya udah kalo lo maunya begitu. Habisin mereka!” Deline segera masuk ke mobil, sedangkan Aldo sudah berjaga-jaga, preman-preman itu tersenyum jahat, memeperlihatkan giginya yang tidak cukup bagus untuk dipamerkan. Dan mulai lah perkelahian itu, setelah adu jotos dan membuat Aldo babak belur, para preman tersebut hendak menghajar Linda, tapi niat mereka terkurung, beberapa warga datang untuk membantu. Linda dibantu warga sekitar, membawa Aldo ke rumahnya.

***

”Udah sadar lo?” Linda sedikit kaget saat Aldo membuka matanya.

”Kok gue di rumah lo sih?”

“Kalo gue bawa lo pulang apa yang harus gue bilang sama orang tua lo? Bisa mampus gue, kalo mereka tau anaknya bonyok gara-gara gue.”

Mereka tersenyum.

”Makasih udah bantuin gue.”

”Jangan Geer! Kalo pun bukan lo yang kena masalah pasti gue bantu kok.”

”Ya udah sih, yang penting gue udah bilang makasih.” Linda jadi bad mood.

”Ya udah gue balik deh.”

”Yakin lo bisa naik motor kalo lagi luka-luka gini? Mending lo tungguin kakak gue, biar dia yang anterin.”

”Gue bukan lekong! Sini kunci motor gue!”

Linda melempar kunci motornya tepat mengenai dadanya.

”Nak Aldo kamu mau kemana?” tante Lisa tiba-tiba muncul.

”Mau pulang tante.”

”Loh, kamu kan masih sakit, tunggu sebentar lagi ya, biar dianterin pulang sama Dhika.”

”Gak usah tante, ya udah Aldo pulang dulu ya, lagian Linda nya galak banget marah-marah mulu.”

Spontan tante Lisa memelototi Linda, dan Linda memelototi Aldo.

”Bohong mah! Ya udah kalo mau pulang ya pulang aja!”

”Linda!! Gak boleh gitu.”

”Gak apa-apa tante, udah biasa.”

”Maaf ya nak, makasih juga kamu sudah lindungin Linda.”

Linda makin cemberut.

”Iya tante, sama-sama, selamat sore tante.”

”Sore. Linda anterin sampai depan.”

”Gak mau!”

”Ayo dong sayang, nanti Aldo pingsan lagi gimana? Anterin gih.”

”Iya..iya..” Linda terpaksa menuruti kata mama nya, dia masih saja cemberut sampai teras.

”Muka lo gak enak banget sumpah!”

”Udah deh diem! Kalo mau pulang buruan! Gue mau mandi nih.”

”Iya bawel!!”

Aldo menaiki motornya dan bersiap-siap tancap gas.

”Jangan bohong lo, lo peduli kan sama gue, khawatir kan tadi? Gue bisa rasain gimana tangan lo bersihin luka gue dengan lembut, gitu ke’ dari dulu, itu baru namanya balas budi! Gue rela luka lagi asal lo bayar pengorbanan gue sama belaian lo yang...beuh, mantap!! Hahaha.” dan dia tancap gas sebelum dihajar Linda.

”AWAS LO BESOK!!”

Dia termenung memikirkan kalimat yang dilontarkan sama Aldo, apa benar Aldo menyukai sikap Linda yang begitu mengkhawatirkan dia? Lagian apa alasannya dia bela-belain bonyok buat Linda? Selama ini kan mereka musuhan. Dia baru sadar, Aldo selalu ada buat lindungin dia.

”Mungkinkah dia suka sama gue??” bisik Linda dalam hati, dia tersenyum tanpa sadar, dan berlari masuk ke rumah.

0 Comments:

Post a Comment