Selasa, 05 Januari 2010

Linda Dan Aldo Part 8


Hari ini hari libur, Linda masih saja terlelap dalam tidurnya, masih juga bergulat dengan mimpinya. Tiba-tiba deringan bekernya membangunkannya dari tidur. Segera dia matikan bekernya, dia masih terdiam di sisi ranjang, merenggangkan otot-otonya yang masih kaku, sesunggunhnya dia masih mengantuk. Dengan lemas dia menyibak tirai, seketika cahaya masuk membuatnya silau, dia mulai membiasakan cahaya tersebut terlihat olehnya. Masih memakai piyama, dia keluar dari kamar tanpa cuci muka terlebih dahulu. Dia menuju ruang makan.
”Maa..aku laper nih, udah ada makanan belum?” dia langsung mempersiapkan diri makan di meja makan.
”Belum cuci muka juga, mandi dulu sana, paling setengah jam lagi selesai nih, kamu mandi dulu biar gak bau, sana!!”
”Iya..iya, kalo aku udah selesai makanannya juga udah siap ya!”
”Bawel ya kamu!” mamanya hanya tersenyum, sementara Linda kembali lagi ke kamarnya hendak membersihkan diri. Setelah beberapa menit mandi, Linda kembali turun ke ruang makan, dan dengan wajah yang berbinar melihat berbagai macam santapan sudah tersedia di meja makan. Dia langsung mengambil piring, mendahului papa, mama, dan kakaknya. Ketiga keluarganya itu hanya geleng-geleng.
”Napas Lin, kelaperan apa doyan kamu?” kak Dhika tersenyum pada adiknya.
”Laper tau gak! Maaf ya semuanya Linda makan duluan, hehe”
”Dasar kamu itu ya!” sang papa berkomentar, yang disindir hanya cengengesan, Linda mulai menyuapi sesendok nasi bercampur lauk pauk dan mencampurnya di dalam mulut. Wajahnya memberi isyarat bahwa masakan mamanya sangat enak, Tante Lisa tertawa kecil. Beginilah keluarga kecil tersebut, penuh tawa walaupun terkadang keributan sering terjadi, terutama antara Linda dan Dhika kakaknya. Selesai makan Linda langsung keluar rumah untuk berkeliling kompleks, ya mungkin sedikit kesiangan, tapi gak apa-apalah. Hehe..
Seperti harai-hari libur sebelumnya, Linda mampir ke danau yang ada di ujung perumahan, saat danau sudah tertangkap oleh matanya, dia berlari kemudian berputar-putar di samping danau, manghirup dalam-dalam udara di sana, dia tertawa sendiri. Entah apa yang menyihirnya, dia sangat teramat merasa lebih baik jika berada di sana, dia menjatuhkan dirinya direrumputan. Menatap mentari, kemudian memejamkan mata, merasakan semilir angin pagi membelai wajahnya, begitu indah hidupnya saat itu. Dan itu tak berlangsung lama.
”Ngapai di sini? Kayak anak kecil lo tadi gue liat.”
Aldo!!
”Elo? Ngapain lo di sini? Ini kan tempat gue, lo gak boleh ke sini!”
”Eh buseeett, emangnya udah lo beli nih tanah? Seenak jidat lo larang-larang orang.”
”Tapi kan gue ke sini mau nenangin diri, terutama menghindari lo! Jadi jangan pernah ke sini!”
Linda mendorong-dorong Aldo, tapi Aldo tetap di situ, malah dia duduk di samping Linda, Linda pasrah saja.
”Lo kalo dapet tempat kayak begini tuh ajak-ajak gue dong.”
”Justru gue di sini biar gak ketemu lo!”
Aldo menyuntrungi kepala Linda, dan Linda memebalasnya dengan pukulan. Aldo tertawa, sangat kencang.
”Huss, berisik gila! Diliatain orang nih.” Linda membekap mulut Aldo.
”Ya udah sih..”
Aldo menarik wajah Linda, dia menatapnya dalam-dalam, Linda kian deg-degan saat Aldo semakin mendekatkan wajah mereka, semakin dekat dan semakin dekat. Linda menutup matanya, mungkinkah ini saatnya dia merasakan first kiss? Dengan musuhnya??
”Mandinya gak bener nih ada beleknya.” Aldo mencongkel kotoran yang ada di mata Linda, dan jelas itu mambuat Linda pucat pasi, bukan hanya ketahuan ada kotoran di matanya, tapi juga betapa bodohnya dia kalau tadi dia berpikir akan dicium sama Aldo? Tanpa berlama-lama Linda pergi dari situ, berlari sekuat mungkin, dia tak mau menatap Aldo lagi saat itu, malu..
Aldo terdiam melihat Linda yang salting begitu, dia tertawa sendiri.

***

”Bego, bego, bego!! Ngapain juga coba mikir kalo dia bakal cium gue? Dia musuh lo Linda! Gak mungkin banget.” Linda mengomel sendiri saat sudah sampai di depan rumah.
”Siapa yang mau cium kamu Lin?”
Tiba-tiba seorang laki-laki berkomentar, dan Linda bisa pastikan kalau itu adalah Kak Anjar. Deg, aliran darahnya seperti berhenti mengalir.
”Eh, hmm..gak kok, bukan siapa-siapa. Kakak kok di sini? Ada apa?”
”Aku dateng kesini cuma mau mastiin kalo kamu baik-baik aja, soalnya kemaren Aldo datang ke kelas aku,terus marah-marah gitu soalnya Deline mau ngelabrak kamu gara-gara aku, tapi tadi udah aku tanya sama mama kamu, katanya Aldo bantuin kamu ya?”
”Ehmm..iya sih, dia sampai luka-luka juga.”
”Ya udah mulai besok aku aja yang anterin kamu, gimana?”
”Aduh gimana ya? Entar kak Deline makin marah sama aku?”
”Tapi kalo kamu sama aku kan dia gak mungkin berani macem-macem sama kamu?”
”Ya udah deh, gimana baiknya aja.”
”Oke deh, ya udah aku mau pulang dulu, ada urusan. Inget besok kamu aku jemput pas mau berangkat sekolah, pulangnya juga aku anterin, bye..”
”Bye..”
Diam-diam Aldo mengintip dibalik tembok, sepertinya dia tak suka dengan percakapan antara Linda dan Anjar.

***
Malam itu Abel, Icha dan Dery sedang main ke rumah Linda. Mereka berkumpul di teras depan rumah, berbagai hal mereka bicarakan, terutama masalah cewek, yang jelas saja membuat Dery tidak betah sama sekali. Akhirnya Dery memutuskan untuk mengirim sms pada Aldo, dia tahu bahwa rumah Aldo itu dekat dengan rumah Linda, tapi Dery mengirim pesan itu tanpa sepengetahuan teman-teman ceweknya, bisa di bunuh dia kalo mereka tahu Dery menyimpan nomor Hp Aldo, terlebih menyuruhnya ikut bergabung. Dan tamu tak diundang pun datang, wajah para cewek-cewek berubah, sedangkan Dery bersyukur sekali. Hehe..
”Ngapai lo ke sini?” Linda langsung bertanya.
”Main aja, kenapa? Gak boleh?”
”Udah tau nanya lagi!”
”Dasar cewek gak tau terima kasih! Udah gue tolongin masih aja jutek sama gue, lagian lo semua gak kasian apa sama Dery? Udah cowok sendiri, ngobrolin masalah cewek, jelas dia butuh temen dong?”
”Bawel lo ya! Ya udah kalo lo mau temenin Dery, ajak aja dia ke rumah lo.”
”Lagi males di rumah, makanya gue ke sini.”
Linda tak lagi membalas ucapan Aldo. Dia lebih memilih untuk melanjutkan obrolannya sama Icha dan Abel.
”Oh iya, kemarin Abel ngobrol sama sepupu Abel yang tinggal di Australia, dia nanya sama Abel, first kiss Abel sama siapa? Abel bilang aja belum pernah, masa Abel diledekin? Kata dia kalo seumuran kita ini udah pas banget buat ngerasain itu. Linda sama Icha udah ngerasain belum?”
Spontan Linda teringat kejadian di pinggir danau tadi pagi, mukanya bersemu.
”Kayaknya Linda hampir deh.” Aldo langsung nyeletuk begitu saja, pipi Linda kian memerah.
”Linda udah? Ceritain dong..” Abel langsung histeris.
”Bohong Bel, gue belum pernah.”
”Kan kata gue juga hampir.”
”Kok Aldo tau sih?” tanya Abel.
”Aldo tea..apa sih yang gue gak tau?”
”Jadi belum pernah semua nih?” Abel kembali menanyakan. Dan di jawab dengan anggukan teman-temannya.
”Ya udah kalo gitu Abel mau tanya, kalian mau first kiss kalian sama siapa?”
”Kalo gue sih mau sama Will Smith aja, hehe..” Icha yang pertama menjawab, dan ternyata menuai kontrofersi, suntrungan bertubi-tubi melayang di jidatnya. Tapi dia masih tetap nyengir kuda.
”Kalo Dery nih ya, pengen banget di cium sama...gak tau juga sih, pokoknya cewek pertama gue yang bakal dapetin itu, hehe..”
”Abel mau banget dicium sama cowok paling ganteng yang pernah Abel kenal, kalo Linda sama Aldo?”
”Kalo gue sih, sama cowok yang paling ganteng di sekolah, yang baik banget sama gue.”
”Kak Anjar ya Lin?”
”Mungkin..”Linda sebenarnya tak bersungguh-sungguh mengatakan itu, dia hanya mau melihat ekspresi Aldo, dan kalo Aldo membalas sindirannya, bisa jadi Aldo itu suka sama Linda.
”Kalo gue bakal cium orang yang paling gue sayang, yang selalu gue lindungin, sekalipun dia gak pernah sadar itu, dan gue harus dapetin first kissnya. Haha..”
”Kalo dia udah pernah ciuman gimana?”
”Kalo sekarang gue yakin dia belum, tapi buat mengantisipasi gue bakal cium dia sekarang juga kalo gue mau.” Aldo menjawab mantap, semua pendengar cengo, terutama Linda.
”Lin lo kenapa? Oh iya lo gak mau nunjukin tempat spesial lo sama anak-anak? Kalo mau kita ajak mereka aja sekarang.”
”Eh..gak kenapa-napa kok, ya udah terserah lo aja Aldo.” Linda gagap, salting, membuat teman-temannya heran sekaligus menaruh curiga bahwa wanita yang disebutkan Aldo adalah Linda. Akhirnya mereka pergi ke danau itu. Tak disangka sama sekali oleh Linda, danau itu jauh lebih indah di malam hari, airnya berkilauan memantulkan cahaya bulan, anginnya semakin menusuk, begitu romantis menurut Linda. Dan Linda rasa teman-temannya sependapat sama dia.
”Gimana? Bagus kan? Kayaknya enakan malem dateng ke sini.” Aldo berkomentar, namun tak satupun dari mereka yang menjawab, tapi bisa dipastikan jawaban mereka adalah iya. Mereka berlima membaringkan diri mereka di rerumputan yang dingin, memandang langit bertaburan bintang. Saking tenangnya Linda sampai tertidur, padahal teman-temannya sudah mau pamit pulang, akhirnya mereka pulang tanpa pamit sama Linda, itu juga atas perintah Aldo, alesannya sih biarin Linda tidur, gak enak dibangunin. Dan kini hanya ada mereka berdua di sana, jantung Aldo tiba-tiba berdetak kencang. Dia kembali mengingat ucapannya mengenai first kiss, apakah ini saatnya? Batinnya. Dia memutar badan sehingga menghadap Linda, dia pandangi wajah gadis itu, begitu manis diterpa cahaya rembulan, tak pernah dia melihat wajah Linda semanis ini. Tak begitu sadar, ia membelai lembut kepala Linda, mengusap pipi Linda dengan punggung tangannya. Tekadnya kian bulat, dia dekatkan wajahnya.
”Gue adalah orang yang berhak dapetin first kiss lo Lin, karena gue tau akhirnya lo bakal jadi milik gue.”
Dan itu terjadi, mata Aldo terpejam, dan perlahan dia mengecup bibir Linda lembut, tak begitu lama, dia kembali mengangkat wajahnya. Pipinya memerah, tak disangka semudah ini semuanya terjadi. Tidak mau berlama-lama bergulat dengan perasaannya, dia mengguncangkan tubuh Linda sampai Linda membuka matanya.
”Kenapa sih? Loh, anak-anak pada kemana?” Linda bingung mendapati dirinya hanya berdua dengan Aldo.
”Dah pada balik, lo tidur kayak kebo sih.”
”Tapi lo gak macem-macem kan sama gue?” Linda curiga.
”Gue? Ngapa-ngapain lo? Apanya yang bisa gue apa-apain? Gak ada satupun sisi dari badan lo yang menarik buat dia apa-apain. Ya udah balik yuk!”
”Enak aja lo ngomong! Ya udah balik deh.”
Akhirnya mereka berdua pulang menaiki sepeda yang dibawa Aldo tadi, tentu Aldo mengantar Linda sampai rumah, entah apa yang menyelimuti perasaan mereka malam itu, semuanya terasa begitu indah. Terutama Aldo, baginya malam ini adalah malam yang sangat dia imipikan selama ini. Sesungguhnya dia mengharapkan lebih dari pada malam ini, dan dia ingin semuanya menjadi kenyataan.

Linda Dan Aldo Part 7


“Lindaaa!!” Abel menjerit saat melihat Linda, dia berlari kearahnya.

“Kenapa lo?”

“Ceritain yang kemarin dong, yang kamu jalan sama kak Anjar, Abel mau tau.” Abel seperti anak kecil yang menginginkan permen.

“Sabar dong, entar gue ceritain di kelas.”

Mereka masuk ke kelas, di sana Icha dan Dery sudah menunggu dengan rasa penasaran yang sama, Linda ingin sekali tertawa melihat ekspresi mereka, terlebih mengetahui Dery yang biasanya ngaret, sekarang datang lebih pagi hanya untuk mendengarkan cerita Linda.

“Madesu semua lo.” Linda mengejek.

Mereka bertiga tak memperdulikan ledekan tersebut, yang ada di kepala mereka hanya cerita Linda.

“Udah buruan cerita kenapa!” Icha sudah tak sabar.

“Sabar dong..” Lida menarik napas dan kembali bercerita.

“Kemarin diajak kemana aja lo?” Dery memasang tampang serius.

“Kemarin gue cuma diajak makan aja.”

“Wah.. gak ngajak-ngajak”

“Ngajak? ya enggak lah, ya cuma itu aja sih, habis itu gue di anterin pulang, kita juga udah tukeran nomer Hp, hehe.”

“Wuiiihh, Linda kamu beruntung banget ya, coba Abel jadi Linda, uuhhh..seneng banget.”

BRAAKK!!

Terdengar suara pukulan yang kencang, sepertinya seseorang baru saja menggebrak pintu kelas, semua orang tertegun melihat orang yang baru saja membuat kehebohan di kelas, termasuk Linda dan ketiga kawannya.

“Lin, masalah besar Lin..”Dery berbisik.

“Linda! gue mau bicara sama lo!” Deline berteriak.

“Ada apa kak?” Linda berusaha bersikap santai, tapi dia tidak bisa sepenuhnya menutupi perasaan takutnya.

“Gue kasih tau sama lo, jangan pernah lo deket-deket sama Anjar lagi! dan kalo sampai gue liat lo bareng dia lagi, lo bakal tau sendiri akibatnya.”

“Kakak gak punya hak buat larang saya deket sama siapa pun, termasuk kak Anjar, kakak bukan siapa-siapanya dia kan? dan yang saya tau kak Anjar yang bilang sendiri, kalo dia itu gak mau diganggu sama kakak, bukan sama saya!”

“Oh.. udah pinter ngomong lo ya sekarang? malu dong lo ngerebut gebetan orang!! dasar anak ingusan!”

“Saya gak akan malu, kalo dia pacar kakak baru saya malu.”

Deline sudah benar-benar kehilangan akal sehat dan kesabarannya, dia menarik Linda keluar, tapi ada seseorang yang menghalanginya, dan dia Aldo.

”Eh lo gak usah ikut campur ya!”

“Gimana gue gak ikut campur? Gue ketua kelas di sini, dan lo udah bikin kerusuhan di kelas gue, gue berhak ikut campur!” Aldo merebut Linda dari tangan Deline.

“Gue heran, kenapa sih banyak banget yang belain dia?!” Deline menunjuk Linda.

”Gue minta lo keluar dari kelas ini!”

”Siapa lo, hah?!! Gue kakak kelas lo tau gak!”

”Dan kalo lo kakak kelas gue lo mau apa?! Lo pikir karena lo senior, lo bisa seenaknya? Kita semua sama-sama bayar di sini, jadi lo gak berhak sama sekali atas semua yang ada di sini!”

”Baru kali ini ada yang berani ngomong gitu ke gue, sialan ya lo semua!! Oke kalo lo gak mau ada keributan di kelas lo, gue bakal selesein urusan ini di luar sekolah, dan itu gak akan main-main! Dan lo Linda, siapin diri lo!” Deline keluar sekali lagi dengan gebrakan pintu yang keras, semua terdiam tak ada yang berani berkata-kata. Sesaat Linda melirik ke arah Aldo heran, tumben juga dia belain gue? Begitu pikirnya. Aldo segera berlari keluar.

”Lin, lo liat kan musuh bebuyutan lo belain lo tadi.” Icha masih takjub dengan kejadian barusan.

”Wah..Linda, kamu hebat ya, ada dua cowok yang care sama kamu, aku aja yang cantik gak ada yang pernah belain aku sampai segitunya.” Abel ikut-ikutan takjub, tapi jawabannya mengundang rasa geregetan Dery, dengan gemas Dery menjewernya.

”Pede banget lo.”

Abel hanya diam, mengusap-usap telinganya.

Sementara di kelas XI IPA 2 , tepatnya kelas Anjar..

”Anjar, gue mau ngomong sama lo.”

”Siapa nih? Songong amat? Pake ’kak’ dong kalo manggil kakak kelas!” seseorang berusaha menggurui Aldo.

”Bulshit!” Aldo membalas perkataannya, dia berpikir untuk apa menghormati kakak kelas kalau kakak kelas itu sendiri tak pantas dihormati? Sedangkan lelaki itu hanya geleng-geleng.

”Kenapa lo?”

Aldo langsung menarik kerah baju Anjar.

”Lo kenapa sih? Nyantai dong.”

”Gue kasih tau sama lo, jangan deketin Linda lagi!”

”Apa urusan lo? Lo bukan pacarnya Linda kan? Lo gak berhak larang siapa pun buat deket sama dia!”

”Tapi gara-gara lo Linda sekarang kena masalah!!”

”Masalah apa?”

”Deline!! Jadi mendingan lo gak usah ganggu Linda lagi, karena gue gak mau kalo Deline sampai macem-macem sama Linda.”

”Lo care banget sama Linda? Lo suka sama dia, dan lo merasa gue bakal ngerebut dia gitu?”

Tanpa banyak bicara Aldo meninju wajah Anjar.

”Lo denger kata-kata gue!” Aldo pergi begitu saja. Tadinya teman-teman Anjar yang melihat sikap Aldo yang bisa dibilang kurang ajar ingin sekali mengeroyok anak itu, tapi Anjar menahan mereka, Anjar tidak mau ada masalah baru lagi.

***

Jam pelajaran terakhir telah usai, kini saatnya pulang. Semua murid berhamburan keluar, dan inilah saat yang ditakuti Linda. Dia berpikir hal apa lagi yang akan dilakukan Deline padanya.

”Aduh gimana nih? Entar kalo gue dikeroyok dijalan gimana?”

”Gimana ya Lin?” Icha ikut berpikir.

Beberapa menit berlalu, mereka masih tidak bisa mendapatkan solusi.

”Eh lama banget sih lo!” Aldo menegur Linda.

”Lama apaan sih?”

”Lo pulang bareng gue, cepetan!!”

”Yee...galak banget sih? Lagian siapa juga yang mau bareng sama lo?”

Aldo menarik tangan Linda, lebih tepatnya menyeret.

”Lepasin gak!”

”Bawel ya jadi cewek? Udah ikut aja kenapa?!”

”Ya udah tapi gak usah pake narik-narik gitu dong.”

Aldo tetap saja tak melepaskan genggamannya, bahkan merenggangkan saja tidak, dia tetap menarik Linda dengan paksa.

”Sakit Do..”

”Naik buruan.” Aldo memberi komando agar Linda segera naik ke motornya, Linda menurutinya.

Saat di jalan, ada sebuah mobil sedan hitam yang mengikuti mereka, Aldo sudah sangat yakin itu Deline. Aldo menambah kecepatan motornya, begitu pula mobil tersebut. Berulang kali Aldo hampir menabrak, hingga akhirnya mobil tersebut berhasil mencegat mereka berdua.

”Mati gue!” Linda pasrah.

Terlihat ada beberapa laki-laki yang menyertai langkah Deline, mereka bertubuh kekar, tampangnya juga sangar. Aldo juga sempat takut melihat otot-otot itu, keringat dingin mengucur di pelipisnya.

”Oh, jadi lo minta bantuan ketua kelas lo buat lindungin lo?! Tapi sayang, ketua kelas lo ini gak bisa bilang ’jangan bikin keributan di kelas gue!’. Hemm..itu gak akan terjadi baby, dan sesuai janji gue, lo bakal terima apa yang emang pantas lo terima.” Deline menjentikkan jarinya, itu adalah tanda bahwa Deline memerintahkan anak buahnya untuk melakukan sesuatu yang sudah diperintahkannya. Aldo menghalangi preman-preman itu.

”Eh lo! Gak usah sok jagoan, lo gak usah repot-repot jagain tuh cewek genit! Lo mau kalo lo bonyok gara-gara tuh cewek?”

”Lo bawa anak buah, apa salahnya kalo dia minta bantuan gue?”

”Ya udah kalo lo maunya begitu. Habisin mereka!” Deline segera masuk ke mobil, sedangkan Aldo sudah berjaga-jaga, preman-preman itu tersenyum jahat, memeperlihatkan giginya yang tidak cukup bagus untuk dipamerkan. Dan mulai lah perkelahian itu, setelah adu jotos dan membuat Aldo babak belur, para preman tersebut hendak menghajar Linda, tapi niat mereka terkurung, beberapa warga datang untuk membantu. Linda dibantu warga sekitar, membawa Aldo ke rumahnya.

***

”Udah sadar lo?” Linda sedikit kaget saat Aldo membuka matanya.

”Kok gue di rumah lo sih?”

“Kalo gue bawa lo pulang apa yang harus gue bilang sama orang tua lo? Bisa mampus gue, kalo mereka tau anaknya bonyok gara-gara gue.”

Mereka tersenyum.

”Makasih udah bantuin gue.”

”Jangan Geer! Kalo pun bukan lo yang kena masalah pasti gue bantu kok.”

”Ya udah sih, yang penting gue udah bilang makasih.” Linda jadi bad mood.

”Ya udah gue balik deh.”

”Yakin lo bisa naik motor kalo lagi luka-luka gini? Mending lo tungguin kakak gue, biar dia yang anterin.”

”Gue bukan lekong! Sini kunci motor gue!”

Linda melempar kunci motornya tepat mengenai dadanya.

”Nak Aldo kamu mau kemana?” tante Lisa tiba-tiba muncul.

”Mau pulang tante.”

”Loh, kamu kan masih sakit, tunggu sebentar lagi ya, biar dianterin pulang sama Dhika.”

”Gak usah tante, ya udah Aldo pulang dulu ya, lagian Linda nya galak banget marah-marah mulu.”

Spontan tante Lisa memelototi Linda, dan Linda memelototi Aldo.

”Bohong mah! Ya udah kalo mau pulang ya pulang aja!”

”Linda!! Gak boleh gitu.”

”Gak apa-apa tante, udah biasa.”

”Maaf ya nak, makasih juga kamu sudah lindungin Linda.”

Linda makin cemberut.

”Iya tante, sama-sama, selamat sore tante.”

”Sore. Linda anterin sampai depan.”

”Gak mau!”

”Ayo dong sayang, nanti Aldo pingsan lagi gimana? Anterin gih.”

”Iya..iya..” Linda terpaksa menuruti kata mama nya, dia masih saja cemberut sampai teras.

”Muka lo gak enak banget sumpah!”

”Udah deh diem! Kalo mau pulang buruan! Gue mau mandi nih.”

”Iya bawel!!”

Aldo menaiki motornya dan bersiap-siap tancap gas.

”Jangan bohong lo, lo peduli kan sama gue, khawatir kan tadi? Gue bisa rasain gimana tangan lo bersihin luka gue dengan lembut, gitu ke’ dari dulu, itu baru namanya balas budi! Gue rela luka lagi asal lo bayar pengorbanan gue sama belaian lo yang...beuh, mantap!! Hahaha.” dan dia tancap gas sebelum dihajar Linda.

”AWAS LO BESOK!!”

Dia termenung memikirkan kalimat yang dilontarkan sama Aldo, apa benar Aldo menyukai sikap Linda yang begitu mengkhawatirkan dia? Lagian apa alasannya dia bela-belain bonyok buat Linda? Selama ini kan mereka musuhan. Dia baru sadar, Aldo selalu ada buat lindungin dia.

”Mungkinkah dia suka sama gue??” bisik Linda dalam hati, dia tersenyum tanpa sadar, dan berlari masuk ke rumah.

;;